Kamis, 22 November 2012

PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN HINDU BUDHA DI INDONESIA


Dan prodi Sastra Inggris juga ada mata kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia -_-

PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN HINDU BUDHA DI INDONESIA

1.      Proses Masuk dan Berkembangnya Hindu Budha di Indonesia 
Budaya Indonesia tumbuh lewat lintasan sejarah yang panjang. Jika budaya diartikan sebagai tata keyakinan, pemikiran, perilaku ataupun produk yang dihasilkan secara bersama, maka budaya Indonesia dapat dikatakan mengalami relativitas. Artinya, budaya yang kini berkembang di Indonesia merupakan hasil percampuran dari aneka budaya berbeda. Hasil dari percampuran tersebut hingga kini masih berada dalam keadaan berubah secara konstan. Terdapat banyak pengaruh “luar” yang turut membentuk karakter budaya Indonesia.
Pada zaman dahulu, terdapat dua negeri besar di Asia yang tingkat peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Dalam hal perdagangan, kedua negeri ini bekerja sama dengan baik. Jalur perdagangan melalui jalur darat dan laut. Salah satu jalur laut yang dilewati India dan Cina adalah Selat Malaka. Indonesia terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudra. Indonesia berada dekat dengan Selat Malaka. Posisi yang strategis ini memberikan beberapa keuntungan bagi Indonesia, antara lain:
Ø  Pergaulan dengan bangsa lain semakin luas
Ø  Sering dikunjungi bangsa asing seperti India, Cina, Arab, dan Persia
Ø  Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar
Ø  Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha
Ada beberapa teori yang telah dikemukakan beberapa ahli mengenai proses masuknya budaya Hindu-Budha ke Indonesia.
Ø  Teori Brahmana
Teori ini dikemukakan oleh J. C. Vanleur. Ia berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana. Hanya kaum Brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi Kitab Wedha. Kedatangan Kaum Brahmana diduga karena undangan peguasa atau kepala suku di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan agama Hinduke Indonesia.

Ø  Teori Ksatria
Teori ini dikemukakan oleh ahli sosiologi dari India, Majumndar. Ia berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia adalah Kaum Ksatria atau golongan prajurit. Karena adanya kekacauanpolitik/peperangan di India pada abad 4-5M, maka prajurit yang kalah perang terdesak dan menyingkir ke Indonesia, bahkan diduga mendirikan kerajaan di Indonesia. Di sinilah terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu.

Ø  Teori Waisya
Teori ini dikemukakan oleh N. J. Krom. Ia berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang di Indonesia. Bahkan diduga ada yang menetap karena menikah dengan orang Indonesia.

Ø  Teori Sudra
Teori ini dikemukakan oleh Von van Faber. Ia berpendapat bahwa  peperangan yang terjadi di India telah menyebabkan Golongan Sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti Kaum Waisya. Dengan jumlah yang besar diduga Golongan Sudra yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Indonesia.

Ø  Teori Arus Balik
Teori ini dikemukakan oleh Coedes. Ia berpendapat bahwa setelah adanya hubungan dagang antara India, banyak pedagang Indonesia pergi ke India untuk mendatangi pusat kebudayaannya. Setelah kemabali ke Indonesia, mereka menyebarkan Hinduisme di Indonesia. Sehinnga disebut Teori Arus Balik.

2.      Agama Hindu
Agama Hindu berkembang di India pada ± tahun 1500 SM. Sumber ajaran Hindu terdapat dalam kitab sucinya yaitu Weda. Kitab Weda terdiri atas 4 Samhita atau “himpunan” yaitu:
  1. Reg Weda, berisi syair puji-pujian kepada para dewa.
  2. Sama Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci.
  3. Yajur Weda, berisi mantera-mantera untuk upacara keselamatan.
  4. Atharwa Weda, berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit.
Di samping kitab Weda, umat Hindu juga memiliki kitab suci lainnya yaitu:
  1. Kitab Brahmana, berisi ajaran tentang hal-hal sesaji.
  2. Kitab Upanishad, berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup.
Agama Hindu menganut polytheisme (menyembah banyak dewa), diantaranya Trimurti atau “Kesatuan Tiga Dewa Tertinggi” yaitu:
  1. Dewa Brahmana, sebagai dewa pencipta.
  2. Dewa Wisnu, sebagai dewa pemelihara dan pelindung.
  3. Dewa Siwa, sebagai dewa perusak.
Selain Dewa Trimurti, ada pula dewa yang banyak dipuja yaitu Dewa Indra pembawa hujan yang sangat penting untuk pertanian, serta Dewa Agni (api) yang berguna untuk memasak dan upacara-upacara keagamaan. Menurut agama Hindu masyarakat dibedakan menjadi 4 tingkatan atau kasta yang disebut Caturwarna yaitu:
  1. Kasta Brahmana, terdiri dari para pendeta.
  2. Kasta Ksatria, terdiri dari raja, keluarga raja, dan bangsawan.
  3. Kasta Waisya, terdiri dari para pedagang, dan buruh menengah.
  4. Kasta Sudra, terdiri dari para petani, buruh kecil, dan budak.
Selain 4 kasta tersebut terdapat pula golongan Pharia atau Candala, yaitu orang di luar kasta yang telah melanggar aturan-aturan kasta.
Orang-orang Hindu memilih tempat yang dianggap suci misalnya, Benares sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa serta Sungai Gangga yang airnya dapat mensucikan dosa umat Hindu, sehingga bisa mencapai puncak nirwana.

3.      Agama Budha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Kitab suci agama Buddha yaitu Tripittaka artinya “Tiga Keranjang” yang ditulis dengan bahasa Poli. Adapun yang dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:
  1. Winayapittaka : Berisi peraturan-peraturan dan hukum yang harus dijalankan oleh umat Buddha.
  2. Sutrantapittaka : Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha.
  3. Abhidarmapittaka : Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.
Pemeluk Buddha wajib melaksanakan Tri Dharma atau “Tiga Kebaktian” yaitu:
  1. Buddha yaitu berbakti kepada Buddha.
  2. Dharma yaitu berbakti kepada ajaran-ajaran Buddha.
  3. Sangga yaitu berbakti kepada pemeluk-pemeluk Buddha.
Disamping itu agar orang dapat mencapai nirwana harus mengikuti 8 (delapan) jalan kebenaran atau Astavidha yaitu:
  1. Pandangan yang benar.
  2. Niat yang benar.
  3. Perkataan yang benar.
  4. Perbuatan yang benar.
  5. Penghidupan yang benar.
  6. Usaha yang benar.
  7. Perhatian yang benar.
  8. Bersemedi yang benar.
Karena munculnya berbagai penafsiran dari ajaran Buddha, akhirnya menumbuhkan dua aliran dalam agama Buddha yaitu:
  1. Buddha Hinayana, yaitu setiap orang dapat mencapai nirwana atas usahanya sendiri.
  2. Buddha Mahayana, yaitu orang dapat mencapai nirwana dengan usaha bersama dan saling membantu.
Pemeluk Buddha juga memiliki tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat yaitu:
  1. Kapilawastu, yaitu tempat lahirnya Sang Buddha.
  2. Bodh Gaya, yaitu tempat Sang Buddha bersemedi dan memperoleh Bodhi.
  3. Sarnath/ Benares, yaitu tempat Sang Buddha mengajarkan ajarannya pertama kali.
  4. Kusinagara, yaitu tempat wafatnya Sang Buddha.

4.      Akulturasi
Akulturasi kebudayaan adalah perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang menimbulkan budaya baru di mana perpaduan antara kedua budaya itu tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua budaya tersebut.
Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Budha dari India telah mengubah dan menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan, antara lain:
Ø  Akulturasi Seni Bangunan
Perpaduan konsep punden berundak yang merupakan konsep bangunan asli Indonesia dari zaman megalitikum karena mendapat pengaruh Hindu-Budha dari India sehinng tercipta konsep bangunan baru, yaitu candi.
Misalnya konsep Candi Borobudur bertingkat 3, yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.

Ø  Akulturasi Seni Sastra
Wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu cerita/kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia, ke dalam bahasa Jawa kuno. Tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh Punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang antar Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala.
Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu cerita dalam seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang. Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut.

Ø  Akulturasi Seni Rupa
Unsur seni rupa dan seni lukis India telah masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Budha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikendeng (Sulawesi Selatan). Pada Candi Borobudur tampak adanya seni rupa India, dengan ditemukannya relief-relief ceritera Sang Budha Gautama. Relief pada Candi Borobudur pada umumnya lebih menunjukan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu, juga terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan lukisan asli Indonesia, karena tidak pernah ditemukan pada candi-candi yang terdapat di India. Juga relief pada Candi Prambanan yang memuat cerita Ramayana.

Ø  Akulturasi Pemerintahan
Setelah masuknya pengaruh Hindu-Budha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem kepala pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala pemerintahan bukan lagi seorang kepala suku, melainkan seorang raja, yang memerintah wilayah kerajaannya secara turun temurun namun dengan struktur di bawahnya masih asli Indonesia.

Ø  Akulturasi Sistem Kalender
Diadopsinya sistem kalender India di Indonesia merupakan wujud dari akulturasi, yaitu terlihat dengan adanya penggunaan Tahun Saka di Indonesia. Di samping itu juga ditemukan Candra Sangkala atau konogram dalam usaha memperingati peristiwa dengan tahun atau kalender Saka. Candra Sangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat atau gambar kata. Misalnya tahun Candra Sangkala “sirna ilang kertaning bumi” sama dengan 1400 tahun Saka dan sama dengan 1478 Masehi.

Ø  Agama
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu - Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.

Ø  Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu - Budha pada abad 5 - 7 M, contohnya prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 - 13 M. Bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.

Ø  Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun. Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R. Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harhari (Dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.

Ø  Teknologi yang Digunakan
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut, yaitu Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Di samping itu, dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih.
Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.
Candi Borobudur adalah candi Budha yang terbesar sehingga merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia dan merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram dilihat dari 3 tingkatan, pada tingkatan yang paling atas terdapat patung Dyani Budha.Patung-patung Dyani Budha inilah yang menjadi tempat pemujaan umat Budha. Di samping itu juga pada bagian atas, juga terdapat atap candi yang berbentuk stupa.
Untuk candi Budha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Budha. Dengan demikian seni bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Indonesia.
Dari seluruh uraian tentang wujud akulturasi tersebut bahwa unsur budaya India tidak pernah menjadi unsur budaya yang dominan dalam kerangka budaya Indonesia, karena dalam proses akulturasi tersebut, Indonesia selalu bertindak selektif.


Kesimpulan

Penyebaran Budaya Hindu-Budha di Indonesia telah membawa berbagai dampak bagi kehidupan di Indonesia.
Budaya di Indonesia berakulturasi dengan budaya Hindu-Budha sehingga mengenal berbagai hal seperti kesustraan, seni bangunan, bahasa, wayang, maupun agama Hindu-Budha.
Budaya Indonesia sebelumnya pada waktu itu pun mulai berasimilasi dan mengarah ke pengaruh budaya Hindu-Budha yang masuk pada waktu itu. Sehingga Indonesia mejadi mengenal bermacam budaya yang tentunya membawa dampak yang menguntungkan dan berguna bagi masyarakat Indonesia.
Hingga sekarang pun budaya-budaya tersebut masih tetap lestari di Indonesia walaupun sedikit berubah pemikirannya yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman.












Minggu, 18 November 2012

The Merchant of Venice - William Shakespeare


This is my first assignment of book report. You know what? I got 80 for this first assignment :D
check this out!

The Merchant of Venice
William Shakespeare



Theme:
o   Miserliness
o   Revenge

Characters:
·         Mayor characters:
o   Antonio: he was a wealthy merchant. He was well known for his generosity. He was always ready to help others and to do good by any means within his power.
o   Shylock: a Jew man who hated Antonio. He was known to be a hard man, hard-hearted, crafty, and covetous.
·         Minor characters:
o   Bassanio: he was Antonio’s dearest friend. He was falling in love with Lady Portia.
o   Lady Portia aka Doctor Balthasar: a smart beautiful rich woman from Belmont. Bassanio loved her and wanted to marry her.
o   Jessica: she was Shylock’s daughter. She was sweet and charming. She loved Lorenzo but shylock did not agree with it.
o   Lorenzo: he was a Christian man whom Jessica loved.
o   Bellario: he was a learned doctor from Padua. He was Portia’s cousin.

§  Protagonist characters:
o   Antonio
o   Bassanio
o   Lady Portia aka Doctor Balthasar
o   Jessica
o   Lorenzo
§  Antagonist character:
o   Shylock
Setting:
·         Setting of Place:
o   Venice
o   Shylock’s house
o   Belmont
o   Venetian Court of Justice
·         Setting of Time:
o   At the time when the city of Venice was at the height of her fame and prosperity.
                                                             
Plot:
·         Exposition:
There was a wealthy merchant called Antonio. He was well known for his kindness and generosity. He owned a fleet of expensive ships.
A Jew man called Shylock was his rival. Shylock was a moneylender that always takes a high interest. He was a hard man, crafty, and covetous. He hated Antonio very much because Antonio often lent money without interest and that spoilt Shylock’s business.
Antonio had a dearest friend named Bassanio. Antonio always helped him with money whenever he was in need of it.
·         Rising Action:
Bassanio fell in love with a woman from Belmont named Lady Portia. He wanted to marry her. He wanted to borrow money three thousand ducats from Antonio in order to propose marriage to Lady Portia. However, at that moment Antonio did not have enough money. Antonio asked Bassanio to borrow some money to Shylock. Finally, Shylock decided a bond with Antonio. If in three months he could not repay, Shylock would take a pound of Antonio’s flesh.
·         Climax:
Three months passed by. Antonio’s ship that full of merchandise wrecked upon the Goodwins. He could not pay that bond. Shylock sent him into prison. It was the time that Shylock waiting for his revenge to Antonio. He wanted to take Antonio’s flesh.
·         Falling Action:
Bassanio married to Lady Portia. Bassanio tried to help Antonio by offering Shylock money more than three thousands ducats. Shylock refused it. Lady Portia in camouflage of Doctor Balthasar came and solved it well. Shylock even got trap with his own bond. He wanted to take his revenge to Antonio and got his money back, but he did not get it at all.
·         Resolution:
Antonio was free and he received the good news that several of his ships had come home safely. Bassanio and Lady Portia lived happily. All ended in happiness.

Point of View:
          The third person point of view

Moral lessons:
·         Kindness will be repaid
·         Crime will get suffer a financial lost
·         Thinking well before doing something

Personal Review:
          This book held my interest well. It has good story. I enjoyed Shakespeare’s writing style very much at this book. It was easy to read, easy to understand, and easy to translate. It was written in big size fonts and completed by some pictures so it would not be so boring. I would recommend this book to anyone who wants to read a short story that is full of moral lessons.